Sunday, April 16, 2006

My Hobbies

Senada dengan judulnya, coretanku kali ini menceritakan tentang hobi atau kegemaranku. Hobiku sesungguhnya banyak sekali, namun bila kutuliskan semuanya pasti akan banyak memakan halaman dan waktu yang lama. Sengaja ku tulis pada blogku ini, beberapa hobiku yang kuanggap tidak semua orang akan sama dengan yang ku gemari. [satu] Hobiku di bidang olah raganya, fitness. [dua] Musiknya; Dangdut (Rhoma Irama), nasyid, sundanese dan slow rock. [tiga] Filmnya; Kungfu dan Tom and Jerry (kartoon).

[satu] Pada dasarnya, aku menyukai banyak bidang olah raga, dari mulai foot ball, tenis meja, badminton dan catur. Hanya saja, fitness menjadi lebih aku sukai karena sering ku lakukan.

Aku mulai menggemari olah raga fitnes ini sejak keberadaanku di Mesir. Semasa ku di pondok, tidak mengenal fitness, yang ku kenal hanya sepak bola, tenis meja dan badminton serta catur. Karena fasilitas itulah yang ada di sekolahku saat itu. Untuk catur, aku pernah menjadi utusan sekolahku dalam pertandingan persahabatan. Dan, saat itu, (berkat pertolongan-Nya) aku menang.

Pertama diperkenalkan fitness oleh temanku yang bernama (panggilannya) Oasis, asal Jakarta. Badannya yang tinggi gendut, menjadikan motivasinya untuk fitness. “Gua fitness ingin ngecilin perut gua” begitulah kira-kira motivasi Oasis.

Pertama aku diajaknya menjadi member klub fitness di daerah Mutsalas. Ketika aku tinggal di di Bawwabah III, Hay Asyir. Saat itu hanya 25 Pound untuk satu bulan. Pada hari perdana aku melakukan fitness, tubuhku terasa hancur, sakit dan pegal-pegal. Hampir seminggu kurasakan tubuhku seperti itu. Namun, setelah kulalui tahapan tadi dan selanjutnya, terasa badanku fresh. Capeknya hanya ketika fitness saja, setelah istirahat dan bangun, badanku enak, segar dan fresh.

Setelah pindah tempat tinggal ke Asrama khusus mahasiswa asing, Islamic Mission City, Abbasea. Hobiku itu terasa makin ‘mendapat tempat’, karena di Asramaku itu, ada tempat fitness juga, gratis lagi. Bisa disebut, aku orang indonesia yang paling rajin ‘mengunjungi’ tempat itu.

Banyak manfaat yang kurasakan dari fitness ini, diantaranya, kesehatan tubuhku lebih terkondisikan. Terhitung, selama lima tahun aku di Mesir, hanya satu kali saja aku sakit (parah). Itu berkat olah raga. Meskipun pada hakekatnya atas kehendak Allah semata. Hanya saja, olah raga menjadi sebabnya. Kullu syaiin sababa, fa’atba’a sababa. Segala sesuatu itu ada sebabnya, maka ikutilah penyebab tersebut. Hukum sebab akibat (kausalitas), pastilah akan terjadi. Kata-kata al-jaza min jinsil ‘amal (balasan itu sesuai dengan usahanya), sangat relevan dengan hukum kausalitas tadi.

Setidaknya ada empat motivator yang membuatku rajin fitness (olah raga). Pertama, aku niatkan, untuk menjaga kesehatan. Kedua, mencari teman. Ketiga, menjaga diri, dan yang terakhir (keempat), ingin berlaku ‘nonblok’ (tidak berpihak kepada keduanya) atas perkataan guruku (sekaligus pimpinan pondok) dan istrinya.

Motivasi pertama, sebagaimana yang telah disinggung di atas, untuk menjaga kesehatan. Niatku memang demikian, aku berolah raga untuk menjaga kesehatan tubuhku. Aku pernah membaca salah satu Sabda Rosulullah Saw. yang berbunyi, “al-harokatu barakah”. Artinya: bergerak itu (olah raga) adalah barokah. Meskipun aku tidak tahu pasti derajat hadits ini, apakah shohih, hasan ataupun dhoif, tapi yang jelas-jelas kebenarannya (ke-shohihannya) adalah, bahwa Rosulullah Saw. (tertulis dalam sejarah) sering berolah raga. Rosulullah Saw. juga pernah bersabda, ‘’’allimû aulâdakum bissibâhah’’ (ajarilah anak-anankmu berenang). Renang adalah salah satu cabang dari olah raga.

Motivasi kedua, untuk mencari Teman. Ini terbukti di lapangan. Dengan perantara fitness, aku mempunyai banyak teman. Diantaranya, sebut saja Munir (Mesir), Ali (Nigeria), Ishaq (Benin), Fathullah (Rusia), Ustman (China), Kotoko (Kongo), Dzannun (Comoro), Muhammad (Niger), Zakaria (Afrika tegah), Ben (Madagaskar). Sebenarnya lebih banyak lagi teman-temanku di klub fitness, hanya saja aku tidak tahu semua asal negara mereka.

Motivasi ketiga, untuk menjaga diri. Aku bisa membuktikan kebenaran motiv ini. Selama di Kairo bahkan sampai sekarang, tidak ada orang yang ‘menantangku’ berkelahi atau membuat gara-gara padaku. Selama kuliah, baru sekali aku beradu fisik, itupun ‘tidak sebenarnya’ (baca, Tendangan Bumi). Aku bukannya ingin berkelahi, namun ingin menjelaskan kebenaran motivasiku tadi. Mungkin, orang akan berpikir dua kali, bila ingin ‘ribut’ denganku. Apalagi kalau melihatku pakai kaos street (ketat), minimal dia tidak meremehkanku. Tidak meremehkan orang Indonesia pada umumnya. Kutahu dan ku telah mendengarnya langsung, bahwa orang indonesia di mata mereka (khususnya bagi orang-orang Mesir dan Afrika serta Rusia), terkenal dengan postur tubuhnya yang kecil, kurus, dan lemah. Anggapan inilah yang sering membuat orang indonesia di Mesir ‘tertindas’.

Aku sering kesal bila melihat teman sebangsaku diremehkan. Di sini aku akan ceritakan salah satu kejadian di Asramaku dulu. Sebagai bukti pandangan ‘sebelah mata’ mereka terhadap teman-temanku (indonesia).

Di asramaku yang dikhususkan untuk mahasiswa asing (Islamic Mission City), terdiri dari 93 negara. Bila waktu makan siang, semua mahasiswa harus ngantree mengambil makan. Yang namanya ngatree itu, peraturannya kayak masuk mesjid, siapa yang duluan itu yang di depan, tidak peduli orang Indonesia atau Afrika. Pokoknya yang dulu datang ia yang didepan. Ada salah seorang (bahkan lebih dari satu) Afrika yang sering memasuki antrean (langsung) dan berdiri di depan orang Indonesia, padahal dia baru datang. Hal itulah yang membuatku sering kesal melihatnya. Menurutku itu tidak adil. Dan orang indonesia tadi hanya diam, karena tidak berani menegur apalagi melawannya. Padahal –aku tahu- dia itu sangat kesal terhadap perbuatan orang Afrika tadi, terlihat dari mimik wajahnya yang masam. Kejadian itu bukan hanya sekali kulihat. Saat itu aku tidak bisa melakukan apa-apa, hanya bisa memperhatikan saja. Aku juga tidak mau bikin ribut. Apalagi mengawali untuk ribut. Ku tahu watak orang Afrika yang (kebanyakan) sangar. Hanya waktu itu pernah terbersit dalam hatiku, “bila seandainya dia langsung masuk antrean di hadapanku, aku akan beri dia pelajaran”.

Rupanya bisikan hatiku dikabulkan Allah. Suatu hari, orang Afrika itu dengan tergesa-gesa langsung masuk antrean dihadapanku, padahal antrean panjang. Aku juga sudah lapar. Maklum pulang kuliah, udara panas dan perutku sudah tidak bisa di ajak kompromi. Sebagai manusia, aku juga punya kesal dan marah. Seperti saat itu. Ku berusaha mengontrol emosi, dengan nada rendah ku menyuruhnya pindah dari hadapanku. Seandainya saja saat itu dia tidak menuruti perintahku, bahkan memaksa untuk tetap berdiri di mukaku. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi. Mungkin aku tidak bisa lagi mengontrol emosiku. Orang Afrika itu akan kuberi pelajaran di situ juga. Tak perduli dengan postur tubuhnya yang tinggi. Untung saja, setelah dia berbalik dan melihat ‘kaos ketatku’ (yang ketika itu kebetulah aku pakai, karena udara sangat panas), dia minta maaf dan pindah tempat.

Bila kuingat qoul Junjunanku yang menyabdakan, “orang mukmin yang kuat (jasmani dan rohani) lebih baik dan lebih dicintai Allah dari pada orang mukmin yang lemah”, terasa sekali olehku kebenarannya. Memang –terkadang- sangat diperlukan sebuah “kekuatan” untuk mencapai sebuah keadilan. Meskipun kekuatan itu tidak selalu harus diperlihatkan. Dengan kata lain, kekuatan harus diikuti dengan ketawadhuan (rendah hati). Kekuatan diperlukan pada kondisi tertentu. Contohnya –mungkin- seperti saat keberadaanku tadi (lagi ngantre, panas dan lapar hehe).

Aku sangat bersyukur diberikan Allah tubuh yang (kata orang) atletis. Ternyata tubuh seperti ini merupakan kelebihan di mata teman-temanku, sekaligus jadi idaman mereka juga. Banyak teman-temanku yang ‘iri’ dan ingin memiliki seperti yang aku miliki. “Ajak aku fitness dong”. “Ajarin aku fitness yah” kata-kata itu sering aku dengar dari teman-temanku. Namun, hanya beberapa orang saja yang benar-benar rajin dan komit berfitness (olah raga).

Motivasi keempat, ingin berlaku ‘nonblok’ (tidak berpihak kepada keduanya) atas perkataan guruku (sekaligus pimpinan pondok) dan istrinya.

Motivasi keempat ini mempunyai kronologi khusus. Begini ceritanya…
Diantara para santri, aku salah satunya santri yang mendapat ‘perhatian khusus’ dari pimpinan pondok, juga istrinya. Mereka sangat ‘memperhatikanku’. Sampai sekarang aku juga sangat menghormati dan berterima kasih pada beliau. Selain itu, aku juga sering memimpikannya. Itu (mungkin) disebabkan adanya hubungan bathin antara aku dengan beliau yang masih terjalin dan tak akan terputus. Insya Allah.

Beberapa hari menjelang keberangkatanku ke Mesir, (di depanku) guruku berkomentar, “pulang dari Mesir kamu akan gendut” (karena ada salah seorang alumni Mesir yang gendut, padahal sebelum ke Mesir badannya kurus. Berkaca dari kasus ini beliau memprediksikanku seperti itu). Namun, prediksi istrinya lain, bahkan sebaliknya, dia mengatakan, “pulang dari Mesir kamu akan kurus”. (waktu di pondok, istri guruku itu sering mengetahui ketukanku ke pintu dapur untuk makan sahur. Mungkin prediksi beliau, para sufi bertubuh kurus, karena banyak shaum. Nah, mungkin aku diprediksikan seperti sufi itu hehe).

Setelah di Mesir, kata-kata guruku dan istrinya itu terus terngiang-ngiang di telingku. Dan saat itu aku berniat ‘menjadikan’ tubuhku tidak gendut dan tidak kurus. Sedang sedang saja (tentu dengan cara rajin berolah raga). Inilah yang ku maksud dengan ‘nonblok’, tidak mendukung guruku (gendut) dan tidak mendukung istrinya (kurus). Bahkan alhamdulillah, tidak hanya nonblok yang kuraih, bahkan dapat menjadikan tubuhku lebih dari target. Alhamdulillah.

[dua] Musik Dangdut (Rhoma Irama), kuhitung pertama aku mengenal lagu (musik) Rhoma Irama (dangdut) mulai dari desa Bojong Cianjur, tempat pertama ku tinggal. Berawal dari kedekatanku dengan seorang teman ngajiku yang baik. Dia sering memutar balik lagu-lagu Rhoma, lama-kelamaan akhirnya aku tertular juga oleh hobinya itu.

Aku tertarik lagu Rhoma –selain enak didengar- (terutama) oleh syair-syairnya. Meskipun aku tak ada yang hapal penuh (satupun) dari syair-syairnya, kalau dicermati dan diresapi, banyak syair-syairnya penuh dakwah dan nasehat. Tidak hanya ucapan belaka ketika H. Rhoma Irama mengikrarkan bahwa grupnya ini (Soneta Group) adalah musik dakwah, sama dengan nasyid, hanya musiknya saja yang berbeda.

Salah satu buktinya, (fakta ini aku baca dari sebuah majalah) banyak orang-orang yang shalat shubuh dulu sebelum lari pagi (padalah sebelumnya mereka langsung lari pagi tanpa shalat shubuh terlebih dahulu) setelah mendengar lagu Rhoma yang judulnya “Lari Pagi”. Ini menurut pengakuan si pelaku (sebagaimana yang tertulis di majalah tadi). Memang syairnya begitu bagus dan membuat orang tak berkutik menerima kebenaran syairnya. Inilah potongan lagu itu:

Lari pagi, tua muda semua
Lari pagi, yang sangat digemari
Lari pagi, sangat penting sekali
Lari pagi, untuk bina jasmani

Lari pagi memang perlu
Tapi jangan lupa shubuh
Ah ah ah sembahyang dulu

Gunakan masa mudamu
Untuk akheratmu

Begitu juga dengan syair-syair lagu yang lainnya, banyak sekali yang bernada dakwah, agamis serta bernada membangun moralitas dan akhlak. Sebut saja (diantara) judul lagunya; Quran dan Koran, Persatuan, Katakan Tuhan Itu Satu, Judi, Begadang, Mirasantika (minuman keras dan narkotika), Reformasi de el el.

Inginnya ku sebutkan semua alasan-alasan kenapa aku menyukai musik yang aku tuliskan diatas (sebagai hobiku), tapi kayaknya terlalu banyak. Cukup ku sebutkan satu alasan saja (mengapa suka dangdut Rhoma Irama) sakaligus sebagai perwakilan yang lain.

[tiga] Film kungfu dan Tom and Jerry. Ya, aku paling suka film-film tersebut. Semua film yang dibintangi Jet Lee dan Jacky Chan aku suka, bahkan (mungkin) tak ada yang lepas dari mataku jika aku melihat CD atau Video atau file di komputer teman-temanku tentang film tadi, pasti aku tonton.

Aku suka film-film kungfu, selain karena gerakan-gerakannya (jurus-jurus), juga karena tidak ada adegan ‘dewasa’nya, kalaupun ada hanya sedikit saja, dan itupun sangat jarang dan tidak pulgar.

Terus terang aku merasa tabu bila melihat adegan ‘pacaran’. Aku belum mampu melihatnya. Mataku sering enggan dan berpaling bila ada adegan itu. Namun, sulit untuk mencari film-film yang tidak ada ‘pacaran’nya, hanya film kungfu Jet Lee itu ku kira yang ‘bersih’ dari ‘pacaran’.

Kalau Tom and Jerry, aku menyukainya kerena film kartoon yang satu ini pasti membuatku tertawa. Bila sudah tertawa, hilanglah stres dan masalah yang bergelumun di otakku, minimal untuk saat itu. Nggak percaya? Coba dech nonton film kesukaanku ini. Niscaya akan ha ha ha ha ha…(tapi ingat, nontonnya setelah belajar hehe).

Ya itu sedikit tentang hobiku. Masih banyak hobi-hobiku yang lain tidak kutuliskan di sini, seperti makan, minum dan tidur hehe….it’s my hobbies too.


“Seseorang dengan tujuan yang jelas akan membuat kemajuan, walaupun melewati jalan yang sulit. Seseorang yang tanpa tujuan, tidak akan membuat kemajuan walaupun ia berada di jalan yang mulus”


Di pinggiran kota Tunis
Ulpa@ 10 April 2006

0 Comments:

Post a Comment

<< Home