Sunday, March 26, 2006

Mohon dengan Sangat

Tak kusangka, curhatku malam itu (baca, Kasih Jangan Kau Paksa Aku), menghasilkan bergulirnya bola pertanyaan darinya, ternyata keterbukaan itu belum terealisasi seutuhnya, masih ada yang ditutupi, itu tidak lain kurang adanya kepercayaan, ya kepercayaan kamu kepadaku belum sepenuhnya, masih ada keraguan disana, kenapa kamu begitu? Apakah kamu masih belum yakin padaku? Itulah rangkian kalimat yang dia kirimkan padaku lewat smsnya.

Terus terang saja aku sangat sedih ketika membaca sms itu, karena aku rasakan, aku telah menunjukkan segala perhatian, kasih sayang dan rasa cintaku padanya. Hanya inilah pembuktian cinta kasihku yang dapat kulakukan sekarang. Apakah hanya dengan tidak menyebutkan identitas asli seorang Lia, bukti cintaku langsung diragukannya?

Aku sering menuliskan di coretan-coretanku sebelumnya, betapa besar harapan dan rasa cinta kasihku padanya dan bagaimana kugambarkan komitmen akan kesetiaanku terhadap cintanya. Apakah itu belum dipahami dan diyakini olehnya? Apakah dia belum membacanya?

Baiklah, kalau memang niat dan maksudku yang dicoretan kemarin (Kasih, Jangan Kau Paksa Aku), tidak disetujui dan tidak mendapatkan dukungannya, bahkan dia tidak sependapat dengan maksud coretanku. Aku akui disini, aku bersalah kepadanya, aku mohon maaf yang sebesar-besarnya. Bila ada kata lain yang lebih dari kata ‘maaf’, tentu akan kutuliskan disini.

Namun, disini juga, boleh kah aku meminta bukti kasih sayangnya (bila memang ada dalam hati) dengan memaafkanku dan menyetujui serta mendukung maksud coretanku kemarin. Mohon dengan sangat, anggap ‘kasus Lia’ telah selesai.
Aku tegaskan lagi disini, jangan kau ragukan segala cinta kasih dan kesetiaanku padamu! Kasih, aku akan selalu setia.


Di pinggiran kota Tunis
Ulpa@ 21 Maret 2006


0 Comments:

Post a Comment

<< Home