Monday, March 06, 2006

Keutamaan Amanah

"Sesungguhnya Allah menyuruh kamu untuk menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya." (Qs. An-Nisa: 58)

Amanah yang biasa kita sebut amanat berasal dari bahasa arab yang diambil dari asal kata al-Amn bermakna aman karena dengan amanah, akan menjamin sampainya suatu hak. La­wan dari amanah adalah khiyanah yang diambil dari asal kata al-Khoun bermakna ke­kurangan. Karena jika kita ber­khianat kepada seseorang ber­arti kita telah me­masukan kepadanya suatu kekurangan. Amanah juga diambil dari kata al-Iman, maka barang siapa yang men­jaga amanat Allah, maka Allah akan menjaga imannya.

Amanat merupakan salah satu akhlak mulia dari sekian banyak akhlak mu­lia yang terkadung dalam ajaran Islam dan diperintahkan Allah untuk melaksana­kannya. Tidak semata-mata Allah me­merin­tah­kan sesuatu kepada mahluk­nya, kecuali akan mengakibat­kan ke­baik­an. Sebaliknya, jika mereka tidak melak­sanakanya, maka kerugian dan bencana yang akan menimpa mahluk tersebut.
­
Kita ambil contoh dari masyarakat mi­kro atau sebuah keluar­ga. Salah satu fak­tor yang menyebab­kan kehancuran se­buah keluarga, ka­rena sudah tidak ada­nya amanah (Kejujuran) di dalam ke­luarga terse­but. Seorang Ayah tentu ti­dak hanya duduk bersila dirumah jika dia memi­liki amanah, dia sebagai kepala rumah tangga yang berke­wajiban dan bertanggung jawab mencari nafkah untuk memenuhi ke­butuhan keluarga. Atau seorang istri, dia tidak akan pernah lalai akan tu­gasnya sebagai ibu rumah tangga. Be­gitupun dengan kehidup­an bermasya­rakat dan berne­gara, tanpa amanah, maka tunggulah kehancuran­nya.

Untuk melaksanakan amanah akan tera­sa sangat berat bagi seseorang yang mengetahui betul hakikat sebuah amanah. Tidak heran bila seorang alim menolak ketika diberi­kan amanat (kepercayaan) untuk memimpin suatu kaum, karena kepempinan itu sendiri merupakan amanah. Betapa beratnya sebuah amanah sehingga langit, bumi dan gunungpun enggan menerima ke­tika Allah menyodorkannya kepada me­reka. Ketika langit, bumi dan gu­nung-gunung enggan mengemban amanat maka Allah memberikannya kepada manusia. Dikisahkan oleh Allah dalam Al-Quran:
“Sesungguhnya Kami telah mengemu­kakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya eng­gan untuk memikul anamat itu dan mereka khawatir akan meng­hianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia sesungguh manusia itu sangat dhalim dan amat bodoh”(Qs. Al-Ahzab: 27)

Sifat amanah diharuskan pada semua segi dan lini kehidupan. Ama­nah da­lam melaksanakan ke­wa­jib­an, amanah da­lam meng­guna­kan harta, bahkan Abdullah bin Umar RA mengatakan bahwa kema­luan, telinga, mata, lisan, perut, tangan, kaki merupakan ama­nah, maka tidak beriman bagi orang yang tidak menjaga amanah.

Baik buruknya perbuatan seseorang da­pat dinilai sejauh mana tanggung jawab dia dalam memikul sebuah amanah. Sekaligus amanah juga sang­at menentu­kan bagi kelang­sung­an profesi seseo­rang. Seorang tukang pos misalnya, apa yang terjadi seandainya dia tidak meng­antarkan surat-surat yang diem­bannya kepada alamat yang tertera pada am­plop, selain me­rugikan si pengirim juga ia akan dipe­cat dari jabatannya. Atau seorang gu­ru yang bertugas untuk mengajar, apa yang terjadi ketika dia ha­nya datang ke sekolah dan ngobrol sam­bil ngopi dengan guru-guru lain tanpa meng­ajar. Begitupun seorang presiden, apa yang terjadi ketika dia tidak menja­ga kepercayaan rakyat yang diemban­kan kepadanya sebagai sebuah amanat, selain didemo, ia pun akan terancam diturunkan secara paksa dari kursinya oleh rakyat.

Jauh sebelumnya, Rasulullah Saw. te­lah mewanti-wanti pada umatnya un­tuk ti­dak melailaikan amanah. Beliau telah mencap seseorang yang lalai akan amanah sebagai pertanda seo­rang yang munafik. Sebagaimana yang dijelaskan dalam sabdanya: Ada tiga tanda-tanda orang munafik, jika ber­bicara ia berdusta, jika berjanji ia berkhia­nat dan jika diberi amanat ia ber­khianat (tidak disampaikan kepada yang berhak)

Rasul pun telah mengabarkan bah­wa seorang penipu dan peng­khianat kelak tempatnya di neraka.
Pada zaman sekarang ini mungkin bisa dikatakan sudah jarang orang yang amanah, para pemimpin sudah kurang menghiraukan tugas dan ke­wajibannya sehingga terjadi deka­densi kepercayaan dikalangan rak­yat. Krisis kepercayaan yang diaki­batkan oleh kurangnya aman­ah yang disampaikan dan dija­lankan, sedikitnya sudah disinyalir jauh sebe­lumnya oleh Rasulullah. Di mana suatu saat nanti orang-orang yang menjalan­kan amanah akan susah ditemukan dan hampir tidak ada.
Dari Abi Hurairah, Rasullullah ber­sabda: "Sesungguhnya amanah itu akan diangkat, manusia menjadi saling mem­beli dan hampir tidak ada di antara mereka yang melaksanakan amanah, sehingga dikatakan: Sesungguhnya di kaum si Fulan ada yang amanah (terpercaya)"
Hadits di atas menggambarkan, akan datang suatu zaman di mana sangat ja­rang orang yang amanah dan sangat sulit menemukan orang yang amanah. Apakah zaman yang dimaksud adalah sekarang, di mana para pemimpin (ba­ik skala mikro atau­pun makro) sudah kurang mem­perhatikan amanah yang diem­bannya.

Rasulullah telah menjamin akan ke­baikan umat ini, selama amanah men­jadi ‘pakaian resmi’ dalam sega­la tugas dan profesi kehidupan­nya.
Dari Abi Hurairah, Rasulullah ber­sab­da: "Umatku akan senantiasa baik selama amanah menjadi rampasan (diutamakan) dan kebaikan menjadi kege­maran (digandrungi)"
(H.R Turmudzi)

Selain itu, Allah Swt telah berfirman:
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu untuk menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya…”
(Qs. An-Nisa: 58).

Para mufassir (pakar tafsir) mengata­kan bahwa ayat ini mencakup segala jenis kepentingan syara’ dan ayat ini ditujuk­kan kepada semua mukallaf (orang yang sudah berkewajiban melaksanakan hu­kum syari'at). Maka diwajibkan kepada para pe­mim­pin untuk melurus­kan dan me­nolong yang teraniaya, dan men­jelas­kan kebenaran kerena itu ada­lah ama­nah. Menjaga harta kaum muslimin tak terkecuali harta anak yatim. Dan kepada para ulama diwajibkan men­yampaikan hukum-hukum agama ke­pada kaum awam, kerena ini adalah amanah. Kemu­dian orang tua diem­bani amanat untuk mendidik anaknya dengan sabaik-baik­nya. Rasulullah te­lah bersabda: “Setiap kamu adalah pe­mimpin, dan setiap pemim­pin bertang­gung jawab atas yang dipimpinnya.”

Dari uraian di atas, jelas bahwa setiap kita diembani amanah, walau­pun aman­ah itu sulit untuk dilaksa­nakan, namun bukan berarti kita tidak bisa melaksana­kannya, dengan keimanan yang dalam dan usaha maksimal, kita pasti dapat melaksa­na­kan amanah yang diemban­kan kepada diri kita ma­sing-masing. Menjaga amanah meru­pakan sifat para malaikat, para nabi dan rasul serta sifat orang-orang yang ber­takwa.

Untuk buletin Ikrar PPI-Tunisia, edisi Maret 2006
Ulpa® Maret 2006

1 Comments:

At 3:24 AM, March 26, 2006, Blogger Ulpa said...

amanah memang sangat penting dan harus dijaga dengan sebaik-baiknya. Mari kita jaga amanah! Siap!!!

 

Post a Comment

<< Home