Keutamaan Amanah
"Sesungguhnya Allah menyuruh kamu untuk menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya." (Qs. An-Nisa: 58)
Amanah yang biasa kita sebut amanat berasal dari bahasa arab yang diambil dari asal kata al-Amn bermakna aman karena dengan amanah, akan menjamin sampainya suatu hak. Lawan dari amanah adalah khiyanah yang diambil dari asal kata al-Khoun bermakna kekurangan. Karena jika kita berkhianat kepada seseorang berarti kita telah memasukan kepadanya suatu kekurangan. Amanah juga diambil dari kata al-Iman, maka barang siapa yang menjaga amanat Allah, maka Allah akan menjaga imannya.
Amanat merupakan salah satu akhlak mulia dari sekian banyak akhlak mulia yang terkadung dalam ajaran Islam dan diperintahkan Allah untuk melaksanakannya. Tidak semata-mata Allah memerintahkan sesuatu kepada mahluknya, kecuali akan mengakibatkan kebaikan. Sebaliknya, jika mereka tidak melaksanakanya, maka kerugian dan bencana yang akan menimpa mahluk tersebut.
Kita ambil contoh dari masyarakat mikro atau sebuah keluarga. Salah satu faktor yang menyebabkan kehancuran sebuah keluarga, karena sudah tidak adanya amanah (Kejujuran) di dalam keluarga tersebut. Seorang Ayah tentu tidak hanya duduk bersila dirumah jika dia memiliki amanah, dia sebagai kepala rumah tangga yang berkewajiban dan bertanggung jawab mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Atau seorang istri, dia tidak akan pernah lalai akan tugasnya sebagai ibu rumah tangga. Begitupun dengan kehidupan bermasyarakat dan bernegara, tanpa amanah, maka tunggulah kehancurannya.
Untuk melaksanakan amanah akan terasa sangat berat bagi seseorang yang mengetahui betul hakikat sebuah amanah. Tidak heran bila seorang alim menolak ketika diberikan amanat (kepercayaan) untuk memimpin suatu kaum, karena kepempinan itu sendiri merupakan amanah. Betapa beratnya sebuah amanah sehingga langit, bumi dan gunungpun enggan menerima ketika Allah menyodorkannya kepada mereka. Ketika langit, bumi dan gunung-gunung enggan mengemban amanat maka Allah memberikannya kepada manusia. Dikisahkan oleh Allah dalam Al-Quran:
“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul anamat itu dan mereka khawatir akan menghianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia sesungguh manusia itu sangat dhalim dan amat bodoh”(Qs. Al-Ahzab: 27)
Sifat amanah diharuskan pada semua segi dan lini kehidupan. Amanah dalam melaksanakan kewajiban, amanah dalam menggunakan harta, bahkan Abdullah bin Umar RA mengatakan bahwa kemaluan, telinga, mata, lisan, perut, tangan, kaki merupakan amanah, maka tidak beriman bagi orang yang tidak menjaga amanah.
Baik buruknya perbuatan seseorang dapat dinilai sejauh mana tanggung jawab dia dalam memikul sebuah amanah. Sekaligus amanah juga sangat menentukan bagi kelangsungan profesi seseorang. Seorang tukang pos misalnya, apa yang terjadi seandainya dia tidak mengantarkan surat-surat yang diembannya kepada alamat yang tertera pada amplop, selain merugikan si pengirim juga ia akan dipecat dari jabatannya. Atau seorang guru yang bertugas untuk mengajar, apa yang terjadi ketika dia hanya datang ke sekolah dan ngobrol sambil ngopi dengan guru-guru lain tanpa mengajar. Begitupun seorang presiden, apa yang terjadi ketika dia tidak menjaga kepercayaan rakyat yang diembankan kepadanya sebagai sebuah amanat, selain didemo, ia pun akan terancam diturunkan secara paksa dari kursinya oleh rakyat.
Jauh sebelumnya, Rasulullah Saw. telah mewanti-wanti pada umatnya untuk tidak melailaikan amanah. Beliau telah mencap seseorang yang lalai akan amanah sebagai pertanda seorang yang munafik. Sebagaimana yang dijelaskan dalam sabdanya: Ada tiga tanda-tanda orang munafik, jika berbicara ia berdusta, jika berjanji ia berkhianat dan jika diberi amanat ia berkhianat (tidak disampaikan kepada yang berhak)
Rasul pun telah mengabarkan bahwa seorang penipu dan pengkhianat kelak tempatnya di neraka.
Pada zaman sekarang ini mungkin bisa dikatakan sudah jarang orang yang amanah, para pemimpin sudah kurang menghiraukan tugas dan kewajibannya sehingga terjadi dekadensi kepercayaan dikalangan rakyat. Krisis kepercayaan yang diakibatkan oleh kurangnya amanah yang disampaikan dan dijalankan, sedikitnya sudah disinyalir jauh sebelumnya oleh Rasulullah. Di mana suatu saat nanti orang-orang yang menjalankan amanah akan susah ditemukan dan hampir tidak ada.
Dari Abi Hurairah, Rasullullah bersabda: "Sesungguhnya amanah itu akan diangkat, manusia menjadi saling membeli dan hampir tidak ada di antara mereka yang melaksanakan amanah, sehingga dikatakan: Sesungguhnya di kaum si Fulan ada yang amanah (terpercaya)"
Hadits di atas menggambarkan, akan datang suatu zaman di mana sangat jarang orang yang amanah dan sangat sulit menemukan orang yang amanah. Apakah zaman yang dimaksud adalah sekarang, di mana para pemimpin (baik skala mikro ataupun makro) sudah kurang memperhatikan amanah yang diembannya.
Rasulullah telah menjamin akan kebaikan umat ini, selama amanah menjadi ‘pakaian resmi’ dalam segala tugas dan profesi kehidupannya.
Dari Abi Hurairah, Rasulullah bersabda: "Umatku akan senantiasa baik selama amanah menjadi rampasan (diutamakan) dan kebaikan menjadi kegemaran (digandrungi)"
(H.R Turmudzi)
Selain itu, Allah Swt telah berfirman:
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu untuk menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya…”
(Qs. An-Nisa: 58).
Para mufassir (pakar tafsir) mengatakan bahwa ayat ini mencakup segala jenis kepentingan syara’ dan ayat ini ditujukkan kepada semua mukallaf (orang yang sudah berkewajiban melaksanakan hukum syari'at). Maka diwajibkan kepada para pemimpin untuk meluruskan dan menolong yang teraniaya, dan menjelaskan kebenaran kerena itu adalah amanah. Menjaga harta kaum muslimin tak terkecuali harta anak yatim. Dan kepada para ulama diwajibkan menyampaikan hukum-hukum agama kepada kaum awam, kerena ini adalah amanah. Kemudian orang tua diembani amanat untuk mendidik anaknya dengan sabaik-baiknya. Rasulullah telah bersabda: “Setiap kamu adalah pemimpin, dan setiap pemimpin bertanggung jawab atas yang dipimpinnya.”
Dari uraian di atas, jelas bahwa setiap kita diembani amanah, walaupun amanah itu sulit untuk dilaksanakan, namun bukan berarti kita tidak bisa melaksanakannya, dengan keimanan yang dalam dan usaha maksimal, kita pasti dapat melaksanakan amanah yang diembankan kepada diri kita masing-masing. Menjaga amanah merupakan sifat para malaikat, para nabi dan rasul serta sifat orang-orang yang bertakwa.
Untuk buletin Ikrar PPI-Tunisia, edisi Maret 2006
Ulpa® Maret 2006
Amanah yang biasa kita sebut amanat berasal dari bahasa arab yang diambil dari asal kata al-Amn bermakna aman karena dengan amanah, akan menjamin sampainya suatu hak. Lawan dari amanah adalah khiyanah yang diambil dari asal kata al-Khoun bermakna kekurangan. Karena jika kita berkhianat kepada seseorang berarti kita telah memasukan kepadanya suatu kekurangan. Amanah juga diambil dari kata al-Iman, maka barang siapa yang menjaga amanat Allah, maka Allah akan menjaga imannya.
Amanat merupakan salah satu akhlak mulia dari sekian banyak akhlak mulia yang terkadung dalam ajaran Islam dan diperintahkan Allah untuk melaksanakannya. Tidak semata-mata Allah memerintahkan sesuatu kepada mahluknya, kecuali akan mengakibatkan kebaikan. Sebaliknya, jika mereka tidak melaksanakanya, maka kerugian dan bencana yang akan menimpa mahluk tersebut.
Kita ambil contoh dari masyarakat mikro atau sebuah keluarga. Salah satu faktor yang menyebabkan kehancuran sebuah keluarga, karena sudah tidak adanya amanah (Kejujuran) di dalam keluarga tersebut. Seorang Ayah tentu tidak hanya duduk bersila dirumah jika dia memiliki amanah, dia sebagai kepala rumah tangga yang berkewajiban dan bertanggung jawab mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Atau seorang istri, dia tidak akan pernah lalai akan tugasnya sebagai ibu rumah tangga. Begitupun dengan kehidupan bermasyarakat dan bernegara, tanpa amanah, maka tunggulah kehancurannya.
Untuk melaksanakan amanah akan terasa sangat berat bagi seseorang yang mengetahui betul hakikat sebuah amanah. Tidak heran bila seorang alim menolak ketika diberikan amanat (kepercayaan) untuk memimpin suatu kaum, karena kepempinan itu sendiri merupakan amanah. Betapa beratnya sebuah amanah sehingga langit, bumi dan gunungpun enggan menerima ketika Allah menyodorkannya kepada mereka. Ketika langit, bumi dan gunung-gunung enggan mengemban amanat maka Allah memberikannya kepada manusia. Dikisahkan oleh Allah dalam Al-Quran:
“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul anamat itu dan mereka khawatir akan menghianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia sesungguh manusia itu sangat dhalim dan amat bodoh”(Qs. Al-Ahzab: 27)
Sifat amanah diharuskan pada semua segi dan lini kehidupan. Amanah dalam melaksanakan kewajiban, amanah dalam menggunakan harta, bahkan Abdullah bin Umar RA mengatakan bahwa kemaluan, telinga, mata, lisan, perut, tangan, kaki merupakan amanah, maka tidak beriman bagi orang yang tidak menjaga amanah.
Baik buruknya perbuatan seseorang dapat dinilai sejauh mana tanggung jawab dia dalam memikul sebuah amanah. Sekaligus amanah juga sangat menentukan bagi kelangsungan profesi seseorang. Seorang tukang pos misalnya, apa yang terjadi seandainya dia tidak mengantarkan surat-surat yang diembannya kepada alamat yang tertera pada amplop, selain merugikan si pengirim juga ia akan dipecat dari jabatannya. Atau seorang guru yang bertugas untuk mengajar, apa yang terjadi ketika dia hanya datang ke sekolah dan ngobrol sambil ngopi dengan guru-guru lain tanpa mengajar. Begitupun seorang presiden, apa yang terjadi ketika dia tidak menjaga kepercayaan rakyat yang diembankan kepadanya sebagai sebuah amanat, selain didemo, ia pun akan terancam diturunkan secara paksa dari kursinya oleh rakyat.
Jauh sebelumnya, Rasulullah Saw. telah mewanti-wanti pada umatnya untuk tidak melailaikan amanah. Beliau telah mencap seseorang yang lalai akan amanah sebagai pertanda seorang yang munafik. Sebagaimana yang dijelaskan dalam sabdanya: Ada tiga tanda-tanda orang munafik, jika berbicara ia berdusta, jika berjanji ia berkhianat dan jika diberi amanat ia berkhianat (tidak disampaikan kepada yang berhak)
Rasul pun telah mengabarkan bahwa seorang penipu dan pengkhianat kelak tempatnya di neraka.
Pada zaman sekarang ini mungkin bisa dikatakan sudah jarang orang yang amanah, para pemimpin sudah kurang menghiraukan tugas dan kewajibannya sehingga terjadi dekadensi kepercayaan dikalangan rakyat. Krisis kepercayaan yang diakibatkan oleh kurangnya amanah yang disampaikan dan dijalankan, sedikitnya sudah disinyalir jauh sebelumnya oleh Rasulullah. Di mana suatu saat nanti orang-orang yang menjalankan amanah akan susah ditemukan dan hampir tidak ada.
Dari Abi Hurairah, Rasullullah bersabda: "Sesungguhnya amanah itu akan diangkat, manusia menjadi saling membeli dan hampir tidak ada di antara mereka yang melaksanakan amanah, sehingga dikatakan: Sesungguhnya di kaum si Fulan ada yang amanah (terpercaya)"
Hadits di atas menggambarkan, akan datang suatu zaman di mana sangat jarang orang yang amanah dan sangat sulit menemukan orang yang amanah. Apakah zaman yang dimaksud adalah sekarang, di mana para pemimpin (baik skala mikro ataupun makro) sudah kurang memperhatikan amanah yang diembannya.
Rasulullah telah menjamin akan kebaikan umat ini, selama amanah menjadi ‘pakaian resmi’ dalam segala tugas dan profesi kehidupannya.
Dari Abi Hurairah, Rasulullah bersabda: "Umatku akan senantiasa baik selama amanah menjadi rampasan (diutamakan) dan kebaikan menjadi kegemaran (digandrungi)"
(H.R Turmudzi)
Selain itu, Allah Swt telah berfirman:
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu untuk menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya…”
(Qs. An-Nisa: 58).
Para mufassir (pakar tafsir) mengatakan bahwa ayat ini mencakup segala jenis kepentingan syara’ dan ayat ini ditujukkan kepada semua mukallaf (orang yang sudah berkewajiban melaksanakan hukum syari'at). Maka diwajibkan kepada para pemimpin untuk meluruskan dan menolong yang teraniaya, dan menjelaskan kebenaran kerena itu adalah amanah. Menjaga harta kaum muslimin tak terkecuali harta anak yatim. Dan kepada para ulama diwajibkan menyampaikan hukum-hukum agama kepada kaum awam, kerena ini adalah amanah. Kemudian orang tua diembani amanat untuk mendidik anaknya dengan sabaik-baiknya. Rasulullah telah bersabda: “Setiap kamu adalah pemimpin, dan setiap pemimpin bertanggung jawab atas yang dipimpinnya.”
Dari uraian di atas, jelas bahwa setiap kita diembani amanah, walaupun amanah itu sulit untuk dilaksanakan, namun bukan berarti kita tidak bisa melaksanakannya, dengan keimanan yang dalam dan usaha maksimal, kita pasti dapat melaksanakan amanah yang diembankan kepada diri kita masing-masing. Menjaga amanah merupakan sifat para malaikat, para nabi dan rasul serta sifat orang-orang yang bertakwa.
Untuk buletin Ikrar PPI-Tunisia, edisi Maret 2006
Ulpa® Maret 2006
1 Comments:
amanah memang sangat penting dan harus dijaga dengan sebaik-baiknya. Mari kita jaga amanah! Siap!!!
Post a Comment
<< Home