Satu Tahun Di Jerba
Idealismeku [hampir] Tergadaikan
Pagi itu (Jumat, 301205) tepat pukul 10.00 aku dan teman-teman bersama rombongan bapak-bapak KBRI dengan bis wisata Eden Tour menuju ke Jerba, untuk merayakan tahun baru 2006. Jerba kota di selatan Tunisia yang berjarak sekitar 510 km dari ibukota. Semula bis yang aku tumpangi menuju Kairawan, ibukota islam pertama di Afrika Utara (maghrib araby), kota ini didirikan oleh Abdullah bin Sa’ad bin Abi Sarah (27 H / 647-648 M) kemudian dilanjutkan oleh Uqbah bin Nafi’. Nama kairawan sendiri berasal dari bahasa Farsi, kurawan, yang berarti pangkalan militer, karena memang pada awalnya Kairawan dijadikan sebagai tempat pangkalan militer. Kota tersebut terletak sekitar 156 km dari ibukota Tunis dan 57 km dari Kota Sousse, dengan ketinggian 60 m di atas permukaan laut, dengan luas + 680.000 hektar.
Banyak ku lihat pemandangan indah selama di perjalanan. Selain padang pasir dan pegunungan yang hijau ranau, kulihat juga perkebunan zaitun. Di area yang sangat luas, terlihat jelas dari balik kaca bis yang aku tumpangi, jajaran pohon-pohon zaitun yang bersusun tertata rapi, bagaikan para tentara yang sedang berbaris. Pantas saja Negara Tunis selain terkenal dengan kurmanya, terkenal juga dengan buah Zaitun.
Dengan menghabiskan waktu perjalanan selama kurang lebih 7 jam, aku dan rombongan sampai di Jerba ba’da isya. Tulisan plang Nuzul Sidi Slim (Hotel Sidi Slim) bagaikan terbuat dari cayaha biru, di suasana malam yang temaram, terlihat jelas di atas hotel yang dimasuki oleh bis yang aku tumpangi.
Udara di Jerba saat itu lebih bersabahat dengan kulitku yang tidak kuat menahan dingin, angin yang sepoi-sepoi terasa tidak begitu menusuk kulitku. Setelah menurunkan barang dan peralatan yang akan ditampilkan untuk merayakan Tahun Baru dibereskan, aku dan rombongan menuju restoran untuk makan malam.
Struktur bangunan hotel tempat menginapku tidak bertingkat, susunan hotel berjajar simetris seperti vila dengan taman yang cukup luas. Kolam renang yang ada di tengah-tengah lokasi hotel menambah indah pemandangan taman. Susunan hotel yang berjajar seperti ini tidak sama dengan yang aku temui di Iskandariyah-Kairo, kebanyakan hotel-hotel itu bertingkat walaupun hanya berlantai dua.
Lokasi hotel yang terletak dekat pantai, menambah keindahan dan daya tarik tersendiri bagi para Pelancong, seandainya saja bukan musim dingin seperti sekarang, tentu akan banyak sekali Turis-turis yang berjemur di pantai.
Siang tanggal 311205, aku bersama rombongan mengunjungi tempat wisata yang ada di Jerba, diantaranya; Kota Jarzis. Menuju kesana melewati jalan yang membelah laut. Konon menurut sejarahnya jalan ini dibuat oleh orang-orang romawi doeloe.
Selain Jarzis, kota yang aku kunjungi adalah Houm Souk, kota terbesar di Jerba. Di sana bisa kutemui berbagai souvenir khas Tunis, dari mulai kerajinan tangan yang terbuat dari tanah berbentuk; piring, gelas, lukisan, sampai souvenir yang terbuat dari anyaman seperti tikar, yang dianyam berbentuk; tas kecil, kipas dan topi koboi. Hanya harganya memang lebih mahal, maklum mereka mengira semua yang datang kesitu adalah turis yang ber do it (baca: duit) semua. Padahal aku hanya lihat-lihat doank…hehe.
“Setelah istirahat, kita kumpul pukul 20.30 untuk acara menyambut tahun baru” intruksi dari Pak Hidayat sebagai ketua rombongan kepada semua penumpang bis, terdengar olehku sebelum para penumpang turun. Beliau salah seorang lokal staf KBRI-Tunis.
Pukul 20.30 terlihat olehku diruangan ‘pesta’ yang luasnya kurang lebih 20 meter persegi, gantungan balon-balon yang berwarna-warni serta bunga-bunga cantik ikut menghiasi. Ruangan itu kini sudah dijejali oleh orang-orang yang hendak merayakan kepergian tahun 2005 dan menyambut tahun 2006. Pesta yang diikuti oleh para delegasi mahasiswa dan diplomat dari 2 negara (Tunis-Libya) itu dihadiri sekitar 70 orang. Aku duduk dijajaran paling belakang, sengaja agar aku bisa melihat acara dengan tenang tanpa adanya gangguan, seperti diajak joget atau lain sebagainya.
Pesta malam itu cukup semarak, banyak acara-acara yang ditampilkan dari masing-masing delegasi Tunis dan Libya. Diantaranya ; cerdas cermat, pestival band dan karoke. Aku hanya menonton ketika mereka berjoget ria, dan berpesta meriah. Bahkan ketika disuruh untuk berjoget, aku menolaknya. “Ah saya nggak bisa joget” alasanku ketika menolak. Terus terang saja, setelah melihat kegiatan pesta, nuraniku kurang resfek dengan acara itu. Meskipun dalam hatiku juga merasa gembira karena bisa Tour gratis, ini tour pertamaku di Tunis.
Detik-detik 2005 divokalkan oleh Duta Besar Tunis, Bapak Hertomo Reksodiputro. Panita sibuk membagi-bagikan terompet dan topeng mainan kepada semua hadirin, aku yang duduk dibelakang juga tidak terlewatkan. Tepat pukul 00.00 bersamaan dengan hitungan nol nya Pak Duta, ruangan pesta bagaikan kapal ancur di tengah samudra. Lampu dimatikan, terompet serempak ditiup, suaranya berderu dengan suara sorak-sorai serta ledakan balon. Tebaran kertas-kertas kecilpun ditaburkan. Orang-orang yang berada didepanku hampir semuanya berdiri dan berjoget sambil berthowaf. Sungguh perayaan tahun baru yang pertama bagiku seperti ini, penomena ini tidak aku temui ketika di Kairo. Aku hanya diam terpaku dibelakang, menyaksikan pemandangan itu. “Hhmm…mereka sangat bergembira dengan datangnya tahun baru, padahal pada hakekatnya jatah umur mereka telah berkurang. Kalaupun pesta ini sebagai bukti syukur, apakah acara seperti ini bisa disebut bersyukur atas nikmat Allah?” ini hanya kata-kata yang terlontar dalam hatiku.
Setelah acara ‘peledakan balon dan peniupan terompet’ usai, Pak Dubes mengajak kepada semuanya untuk bermushofahah [salaman], dengan setengah hati, aku ikut dalam lingkaran mushofahah. Aku berniat untuk diam saja dan tidak ikut berputar menyalami semuanya, terutama para akhwat. Disinilah idealismeku hampir tergadaikan. Ketika gadis-gadis itu hendak menyalamiku, enam orang diantaranya aku mengenalnya, karena mareka keluarga dan putri-putri dari Staf KBRI Tunis. Aku hanya menyimpan kedua tanganku di depan dadaku, aku harap mereka paham dengan maksudku. Yang tidak mau bersentuhan tangan. Ada salah seorang diantara mereka yang belum paham dengan yang aku lakukan, sampai dua kali dia ulurkan kedua tangannya mengajak bersalaman denganku. “Om...” bilangnya diiringi senyum dan diikuti uluran tangannya. Aku tetap dengan pendirianku, sambil tersenyum ku simpan kedua tanganku di depan dadaku lagi. Terus terang, di hatiku ada rasa gundah. Kekhawatiran perbuatanku itu menyakiti atau menyinggung mereka.
Aku berharap semoga mereka paham dan memaklumi dengan apa yang aku lakukan. Aku bukan merasa sok suci ataupun sok ‘alim, aku hanya ingin melaksanakan ajaran islam yang aku ketahui semampuku. Hal ini aku lakukan atas larangan Rosulullah Saw. yang pernah aku baca. Aku pernah membaca sebuah hadits, bahwa Rosulullah Saw. tidak pernah menyentuh tangan perempuan (yang bukan muhrim). Bahkan ada hadits lain yang maknanya, bahwa Rosulullah Saw. lebih baik di tusuk dengan besi panas dari pada harus menyentuh tangan perempuan. Meskipun -sajauh yang pernah aku pelajari- dikalangan para ulama sendiri telah terjadi ikhtilaf (silang pendapat) tentang hukum bersalaman dengan perempuan yang bukan muhrim. Ada ‘illat (sebab) yang menyebabkan tidak dibolehkannya bersalaman. Ada sebagian ulama yang mengatakan illatnya adalah ‘syahwat’, jika dengan bersalaman akan menimbulkan syahwat atau ada perasaan lain ketika bersentuhan, maka haram hukumnya. Adapun jika tidak ada syahwat, dibolehkan bersalaman. Dicontohkan oleh ulama yang membolehkan, bersalaman dengan anak kecil atau nenek-nenek. Itulah yang aku tahu. Masih banyak ajaran-ajaran islam yang belum dapat aku laksanakan. Ya…semoga Allah memaafkan dan memberikan keberanian dan kekuatan untuk melaksanakannya.
Tidak terasa dalam dua hari telah kuhabiskan hitungan angka satu tahun di kota Jerba. Kini umurku telah hidup di tahun 2006. Semoga saja di tahun ini amal ibadahku lebih baik dari tahun kemarin. Semoga aku tidak termasuk orang-orang yang merugi apalagi orang yang terlaknat, sebagai mana yang diutarakan Junjunanku, Rosulullah Saw.Amiin.
Esoknya [ahad,010106], setelah makan siang aku dan rombongan meninggalkan Hotel Sidi Slim, salah satu hotel yang ada di kota Jerba. Selama perjalanan pulang aku banyak tidur, ngantuk sih… Sampai di Tunis pukul 23.30. Udara dingin Ibukota kini mendekapku lagi. Satu tahun di Jerba apakah bermakna?
Di pinggiran kota Tunis yang tiris
Ulpa® 2 Januari 2006
Pagi itu (Jumat, 301205) tepat pukul 10.00 aku dan teman-teman bersama rombongan bapak-bapak KBRI dengan bis wisata Eden Tour menuju ke Jerba, untuk merayakan tahun baru 2006. Jerba kota di selatan Tunisia yang berjarak sekitar 510 km dari ibukota. Semula bis yang aku tumpangi menuju Kairawan, ibukota islam pertama di Afrika Utara (maghrib araby), kota ini didirikan oleh Abdullah bin Sa’ad bin Abi Sarah (27 H / 647-648 M) kemudian dilanjutkan oleh Uqbah bin Nafi’. Nama kairawan sendiri berasal dari bahasa Farsi, kurawan, yang berarti pangkalan militer, karena memang pada awalnya Kairawan dijadikan sebagai tempat pangkalan militer. Kota tersebut terletak sekitar 156 km dari ibukota Tunis dan 57 km dari Kota Sousse, dengan ketinggian 60 m di atas permukaan laut, dengan luas + 680.000 hektar.
Banyak ku lihat pemandangan indah selama di perjalanan. Selain padang pasir dan pegunungan yang hijau ranau, kulihat juga perkebunan zaitun. Di area yang sangat luas, terlihat jelas dari balik kaca bis yang aku tumpangi, jajaran pohon-pohon zaitun yang bersusun tertata rapi, bagaikan para tentara yang sedang berbaris. Pantas saja Negara Tunis selain terkenal dengan kurmanya, terkenal juga dengan buah Zaitun.
Dengan menghabiskan waktu perjalanan selama kurang lebih 7 jam, aku dan rombongan sampai di Jerba ba’da isya. Tulisan plang Nuzul Sidi Slim (Hotel Sidi Slim) bagaikan terbuat dari cayaha biru, di suasana malam yang temaram, terlihat jelas di atas hotel yang dimasuki oleh bis yang aku tumpangi.
Udara di Jerba saat itu lebih bersabahat dengan kulitku yang tidak kuat menahan dingin, angin yang sepoi-sepoi terasa tidak begitu menusuk kulitku. Setelah menurunkan barang dan peralatan yang akan ditampilkan untuk merayakan Tahun Baru dibereskan, aku dan rombongan menuju restoran untuk makan malam.
Struktur bangunan hotel tempat menginapku tidak bertingkat, susunan hotel berjajar simetris seperti vila dengan taman yang cukup luas. Kolam renang yang ada di tengah-tengah lokasi hotel menambah indah pemandangan taman. Susunan hotel yang berjajar seperti ini tidak sama dengan yang aku temui di Iskandariyah-Kairo, kebanyakan hotel-hotel itu bertingkat walaupun hanya berlantai dua.
Lokasi hotel yang terletak dekat pantai, menambah keindahan dan daya tarik tersendiri bagi para Pelancong, seandainya saja bukan musim dingin seperti sekarang, tentu akan banyak sekali Turis-turis yang berjemur di pantai.
Siang tanggal 311205, aku bersama rombongan mengunjungi tempat wisata yang ada di Jerba, diantaranya; Kota Jarzis. Menuju kesana melewati jalan yang membelah laut. Konon menurut sejarahnya jalan ini dibuat oleh orang-orang romawi doeloe.
Selain Jarzis, kota yang aku kunjungi adalah Houm Souk, kota terbesar di Jerba. Di sana bisa kutemui berbagai souvenir khas Tunis, dari mulai kerajinan tangan yang terbuat dari tanah berbentuk; piring, gelas, lukisan, sampai souvenir yang terbuat dari anyaman seperti tikar, yang dianyam berbentuk; tas kecil, kipas dan topi koboi. Hanya harganya memang lebih mahal, maklum mereka mengira semua yang datang kesitu adalah turis yang ber do it (baca: duit) semua. Padahal aku hanya lihat-lihat doank…hehe.
“Setelah istirahat, kita kumpul pukul 20.30 untuk acara menyambut tahun baru” intruksi dari Pak Hidayat sebagai ketua rombongan kepada semua penumpang bis, terdengar olehku sebelum para penumpang turun. Beliau salah seorang lokal staf KBRI-Tunis.
Pukul 20.30 terlihat olehku diruangan ‘pesta’ yang luasnya kurang lebih 20 meter persegi, gantungan balon-balon yang berwarna-warni serta bunga-bunga cantik ikut menghiasi. Ruangan itu kini sudah dijejali oleh orang-orang yang hendak merayakan kepergian tahun 2005 dan menyambut tahun 2006. Pesta yang diikuti oleh para delegasi mahasiswa dan diplomat dari 2 negara (Tunis-Libya) itu dihadiri sekitar 70 orang. Aku duduk dijajaran paling belakang, sengaja agar aku bisa melihat acara dengan tenang tanpa adanya gangguan, seperti diajak joget atau lain sebagainya.
Pesta malam itu cukup semarak, banyak acara-acara yang ditampilkan dari masing-masing delegasi Tunis dan Libya. Diantaranya ; cerdas cermat, pestival band dan karoke. Aku hanya menonton ketika mereka berjoget ria, dan berpesta meriah. Bahkan ketika disuruh untuk berjoget, aku menolaknya. “Ah saya nggak bisa joget” alasanku ketika menolak. Terus terang saja, setelah melihat kegiatan pesta, nuraniku kurang resfek dengan acara itu. Meskipun dalam hatiku juga merasa gembira karena bisa Tour gratis, ini tour pertamaku di Tunis.
Detik-detik 2005 divokalkan oleh Duta Besar Tunis, Bapak Hertomo Reksodiputro. Panita sibuk membagi-bagikan terompet dan topeng mainan kepada semua hadirin, aku yang duduk dibelakang juga tidak terlewatkan. Tepat pukul 00.00 bersamaan dengan hitungan nol nya Pak Duta, ruangan pesta bagaikan kapal ancur di tengah samudra. Lampu dimatikan, terompet serempak ditiup, suaranya berderu dengan suara sorak-sorai serta ledakan balon. Tebaran kertas-kertas kecilpun ditaburkan. Orang-orang yang berada didepanku hampir semuanya berdiri dan berjoget sambil berthowaf. Sungguh perayaan tahun baru yang pertama bagiku seperti ini, penomena ini tidak aku temui ketika di Kairo. Aku hanya diam terpaku dibelakang, menyaksikan pemandangan itu. “Hhmm…mereka sangat bergembira dengan datangnya tahun baru, padahal pada hakekatnya jatah umur mereka telah berkurang. Kalaupun pesta ini sebagai bukti syukur, apakah acara seperti ini bisa disebut bersyukur atas nikmat Allah?” ini hanya kata-kata yang terlontar dalam hatiku.
Setelah acara ‘peledakan balon dan peniupan terompet’ usai, Pak Dubes mengajak kepada semuanya untuk bermushofahah [salaman], dengan setengah hati, aku ikut dalam lingkaran mushofahah. Aku berniat untuk diam saja dan tidak ikut berputar menyalami semuanya, terutama para akhwat. Disinilah idealismeku hampir tergadaikan. Ketika gadis-gadis itu hendak menyalamiku, enam orang diantaranya aku mengenalnya, karena mareka keluarga dan putri-putri dari Staf KBRI Tunis. Aku hanya menyimpan kedua tanganku di depan dadaku, aku harap mereka paham dengan maksudku. Yang tidak mau bersentuhan tangan. Ada salah seorang diantara mereka yang belum paham dengan yang aku lakukan, sampai dua kali dia ulurkan kedua tangannya mengajak bersalaman denganku. “Om...” bilangnya diiringi senyum dan diikuti uluran tangannya. Aku tetap dengan pendirianku, sambil tersenyum ku simpan kedua tanganku di depan dadaku lagi. Terus terang, di hatiku ada rasa gundah. Kekhawatiran perbuatanku itu menyakiti atau menyinggung mereka.
Aku berharap semoga mereka paham dan memaklumi dengan apa yang aku lakukan. Aku bukan merasa sok suci ataupun sok ‘alim, aku hanya ingin melaksanakan ajaran islam yang aku ketahui semampuku. Hal ini aku lakukan atas larangan Rosulullah Saw. yang pernah aku baca. Aku pernah membaca sebuah hadits, bahwa Rosulullah Saw. tidak pernah menyentuh tangan perempuan (yang bukan muhrim). Bahkan ada hadits lain yang maknanya, bahwa Rosulullah Saw. lebih baik di tusuk dengan besi panas dari pada harus menyentuh tangan perempuan. Meskipun -sajauh yang pernah aku pelajari- dikalangan para ulama sendiri telah terjadi ikhtilaf (silang pendapat) tentang hukum bersalaman dengan perempuan yang bukan muhrim. Ada ‘illat (sebab) yang menyebabkan tidak dibolehkannya bersalaman. Ada sebagian ulama yang mengatakan illatnya adalah ‘syahwat’, jika dengan bersalaman akan menimbulkan syahwat atau ada perasaan lain ketika bersentuhan, maka haram hukumnya. Adapun jika tidak ada syahwat, dibolehkan bersalaman. Dicontohkan oleh ulama yang membolehkan, bersalaman dengan anak kecil atau nenek-nenek. Itulah yang aku tahu. Masih banyak ajaran-ajaran islam yang belum dapat aku laksanakan. Ya…semoga Allah memaafkan dan memberikan keberanian dan kekuatan untuk melaksanakannya.
Tidak terasa dalam dua hari telah kuhabiskan hitungan angka satu tahun di kota Jerba. Kini umurku telah hidup di tahun 2006. Semoga saja di tahun ini amal ibadahku lebih baik dari tahun kemarin. Semoga aku tidak termasuk orang-orang yang merugi apalagi orang yang terlaknat, sebagai mana yang diutarakan Junjunanku, Rosulullah Saw.Amiin.
Esoknya [ahad,010106], setelah makan siang aku dan rombongan meninggalkan Hotel Sidi Slim, salah satu hotel yang ada di kota Jerba. Selama perjalanan pulang aku banyak tidur, ngantuk sih… Sampai di Tunis pukul 23.30. Udara dingin Ibukota kini mendekapku lagi. Satu tahun di Jerba apakah bermakna?
Di pinggiran kota Tunis yang tiris
Ulpa® 2 Januari 2006
0 Comments:
Post a Comment
<< Home