I Miss You
Tidak terasa aku sudah tiga minggu di Negeri ini. Negara baru tempat belajarku. Negara ketigatempat meneruskan studiku, Tunisia. Setelah aku arungi angkasa selama 3 jam, pada hari kamistanggal 10 Nopember 2005. Dengan hati yang berat dan terharu serta perasaan sedih yang memenuhi hatiku saat itu, aku langkahkan kaki ayunkan tangan meninggalkan Mesir, meninggalkan orang-orang yang aku hormati dan sayangi. Alhamdilillah aku sampai ke Tunis dengan selamat.
Tepuk tangan dari para penumpangpun kudengar ramai, sebagai ungkapan kegembiraan mereka setelah pesawat Airbus A 320 milik maskapai Tunis Air telah landing dengan baik. Mesir, itulah negara kedua tempatku menuntut ilmu menyelesaikan program strata satuku (S1) di Universitas Al-Azhar, setelah tanah airku sendiri,
Kini aku sudah resmi menjadi mahasiswa di universitas baru, yang juga merupakan salah satu Universitas Islam tertua di dunia, Az-Zaytuna. Universitas ini telah dibangun lebih dari 1300 tahun yang lalu. (dibangun pada tahun 732 M. pada akhir masa kekuasaan dinasti Umayyah).
Dari Negeri Kinanah itu aku terbang sekitar pukul 22.00 Waktu setempat. Tiba di Tunis pukul 01.00 Waktu Kairo atau pukul 00.00 Waktu
Mengenai waktu atau jam, ada kesamaan yang menarik pada kedua negara ini (Mesir-Tunis), yaitu adanya tradisi pengurangan dan penambahan jam. Semula aku mengira hanya ada pada Negara Mesir saja tradisi tersebut, berdasarkan pengetahuanku yang aku dapatkan dari supir taksi yang waktu itu aku tumpangi: penambahan jam atau pengurangan jam ini mulai terjadi pada masa presiden Anwar Sadat, sebelumnya tidak pernah terjadi, dan ini terjadi hanya Mesir saja. Begitulah kurang lebih jawaban si pengendara sedan bisnis ini dengan nada yakin, (ku sebut sedan bisnis, karena dipakai untuk berbisnis; mengantarkan orang ketujuan tertentu dengan menerima kompensasi alias ujroh atau upah) menjawab pertanyaanku yang aku lontarkan.
Di Mesir selama setahun akan terjadi 2 kali pergantian (penambahan-pengurangan) jam, yaitu; pertama pada saat udara mulai musim dingin dan yang kedua setelah mulai musim panas. Pada musim dingin, karena waktu malam lebih lama daripada waktu siang, maka waktupun dimundurkan satu jam. Pengurangan ini biasanya terjadi pada jumat terkahir bulan Septermber. Perberdaan waktu dengan Indonesiapun yang asalnya 4 jam karena musim panas, kini menjadi 5 jam.
Yang semula jam kerja kantor baik instansi pemerintah maupun swasta mulai melakukan aktifitasnya pukul sembilan, secara otomatis bila sudah terjadi pemunduran jam aktifitaspun baru dimulai pukul 8 waktu sekarang. Begitupun dengan musim panas, jam akan dimajukan satu jam, penambahan ini biasanya terjadi pada jumat terkhir bulan April. Penambahan atau pengurangan ini akan dilakukan serempak, setelah adanya pengumuman dari pemeritah Mesir melalui media cetak dan elektronik, seperti; televisi, radio dan koran, jadi nggak usah khawatir salah sangka, atau salah mengurangi jam hehe.
Pun di Negara
Benar sekali perkataan seorang ahli hikmah yang mengatakan:”Kita akan tahu sesuatu itu berharga, ketika kita telah kehilangan sesuatu itu”. Terbukti dengan yang aku rasakan sekarang. Aku sangat merindukan Mesir. Aku rindukan fenomena-fenomena Mesir yang tidak ada lagi pada pandanganku di
Sekitar tahun 2002-2003, menurut temannya temanku yang sudah senior di Tunis, sekaligus dia pelaku sejarah. Pernah terjadi peristiwa yang sangat ironis –karena terjadi pada Negara yang hampir 100% penduduknya muslim- yaitu pelarangan jilbab (kasarnya katakan saja begitu), sampai terjadi operasi penyisiran pada wanita yang memakai jilbab. Operasi penyisiran itu dilakukan di jalan-jalan umum, bahkan terjadi di dalam ruangan kuliah oleh para aparat pemerintah. Siapa saja yang mengenakan jilbab, langsung diangkut oleh mobil khusus, yang selanjutnya –mungkin- mereka semua akan di periksa lebih lanjut. Nah salah satunya termasuk temannya temanku itu yang kena penyisiran.
Kembali ke rasa rinduku. Rindu ini masih menghinggapi relung hatiku. Rindu ini masih membuatku seakan tak berkutik untuk terus membiarkan imajinasi dan pikiranku melayang jauh ke Negeri Para Nabi, mengingat dan membayangkan masa-masa di Mesir. Sebentar imajinasi dan bayanganku melesat ke Dokki, tempat main yang paling sering ku kunjungi ketika aku di Mesir. Dokki ini sebuah daerah yang letaknya cukup dekat dengan
Pernah suatu ketika aku jalan-jalan bersama mereka dengan menaiki sedan berwarna merah ati menuju rumah makan Sabik –rumah makan
Sekitar kurang lebih satu jam perjalan, sampailah kami ke Restaurant Sabik.
“Boleh Pak” jawabku, ketika Pak Subhan menawariku makan nasi Pataya, telor dan sayur, dan memang aku suka dengan nasi Pataya itu. Sebenarnya aku bisa saja memesan yang lain dan lebih dari itu, Pak Subhanpun menawariku saat itu. Hanya saja aku memang pemalu, tidak mau untuk minta yang lain. Lagi pula ini sudah cukup banyak dan kenyang. Setelah semua pesanan tersedia kamipun makan.
Ketika di perjalanan pulang inilah –dan disinilah terlihat dan aku lebih yakini bahwa keluarga pak Subhan memang keluarga yang dermawan- sekitar
Sering aku berkunjung ke rumah Teteh, –panggilanku ke Teh Tia, karena sudah kuanggap keluarga dan teteh sendiri- aku rasakan, di rumah Teh Tia aku bisa menghilangkan kepenatan dan ke BT-an pikiranku yang disebabkan oleh belajar atau ada masalah pribadi yang kadang manimpa pada siapapun, tidak terkecuali aku. Selain itu juga sering aku berkunjung untuk sekedar silaturahmi. Selain untuk bantu-bantu di rumah Teteh juga aku bisa bercanda dan tertawa dengan kedua anaknya yang manis dan lucu.
Teteh punya 2 orang anak; 1 laki-laki yang bernama Muhammad Yusuf dan satu perempuan yang bernama Fatimah Tri Astuti. Ucup, nama panggilan Muhammad Yusuf, saat ini dia kelas 5 SD. Anaknya selain ganteng, dia juga pintar. Di kelasnya selalu ranking 2. Memang dia belum mampu untuk mengalahkan teman satu kelas diatasya, Muhammad Ikbal. Kalau Asti, panggilan Fatimah Tri Astuti, dia sekarang masih kelas 2 SD. Anaknya manis dan pintar ngomong. Kalau dia menerima telepon dari seseorang, pertanyaan dan obrolannya seperti anak yang sudah kelas 5 SD. Selain pintar
Rumah yang kedua yang sering aku kunjungi di daerah Dokki adalah rumah Teh Sari-Pak Faishal. Teh Sari seorang karyawan staf ahli disebuah perusahaan kain di Mesir, dia dipercaya oleh manajer perusahan untuk menjadi Pengawas di perusahan tersebut. Rumah Teh Sari juga bisa di sebut Markaz al-Aulad atau tempat kumpul anak-anak. karena di rumah ini banyak kumpul teman-teman, dan akupun sering bergabung disana. Dengan kedermawanan Teh Sari, bila bermain kesana, aku dan teman-teman tidak pernah terlantar. Makan dengan menu yang high classpun sering aku rasakan, seperti sayur atau goreng ayam dan daging. Perbaikan gizi sebutan istilah yang beredar di kalangan teman-teman asramaku. Suasana seperti inipun sering ku temukan di rumah Teh Tia. Terkadang kukunjungi teman-temanku disana hanya untuk bercengkrama sambil bermain catur, ditemani dengan 2 gelas kopi susu atau teh manis. Setelah puas bercengkrama dan BT hilang, kukembali ke Asramaku yang letaknya di Hay Tsamin.
Akupun rindu akan teman-temanku di Asrama (Hay Tsamin). Ingin rasanya ku terbang dengan sayap hayalanku menemui mereka, untuk mengajak mereka masak dan makan bersama, berjamaah bareng dan belajar bersama.
Kini semua itu tinggal nostalgia. Tidak terdengar lagi suara bacaan quran murottal di taksi dan angkutan umum. Kemanjaan si manis
Di pinggiran
Ulpa® 4 Desember 2004
0 Comments:
Post a Comment
<< Home