Perjalanan "Cinta"
Sengaja aku buat judul diatas, agar terlihat lebih keren dan membuat penasaran diriku sendiri untuk membaca, ketika lupa bahwa yang menulis coretan ini adalah jari-jariku sendiri.
Sebenarnya aku juga kurang paham dan tidak mengetahui dengan pasti apa yang dimaksud dengan cinta dan bagaimana cara seseorang menyulam cinta dan membuktikannya. Apakah kasih sayangku terhadap kekasihku sekarang dikatakan cinta? Apakah perhatianku terhadap ‘bidadariku’ sekarang bukti cintaku padanya?
Menurut penjelasan buku yang pernah kubaca, banyak orang yang mengartikan cinta dengan berbagai persepsi dan definisi, diantaranya:
Cinta adalah, kamu memperhitungkannya dengan beribu-ribu perhitungan.
Cinta adalah, kamu mendengarkan semua yang diucapkannya.
Cinta adalah, kamu menjadi pendengar yang baik baginya.
Cinta adalah, adanya keterbukaan diantara keduanya secara kontinyu.
Cinta adalah, kamu membaca pemikirannya dengan cepat.
Cinta adalah, memperlihatkan kegembiraanmu ketika bertemu dengannya.
Cinta adalah, saling merasakan diantara keduanya.
Cinta adalah, pengorbanan baginya.
Cinta adalah, kamu mengetahui kemampuannya.
Cinta adalah, kamu merasa tenang dengan keberadaannya disisimu.
Cinta adalah, kamu terpengaruh oleh kebiasaan sifatnya.
Cinta adalah, saling menjawab.
Cinta adalah, kamu tidak memikirkan selainnya.
Cinta adalah, kamu mengetahui hakikat dirinya.
Cinta adalah, lari dari kenangan yang menyakitkan.
Cinta adalah, kamu mengetahui suaranya diantara ratusan suara.
Cinta adalah, membuka dirimu padanya.
Cinta adalah, selalu mengikuti beritanya.
Cinta adalah, merasakan perasaan lain ketika mendengar suaranya.
Cinta adalah, kamu percaya akan kesetiaannya.
Cinta adalah, kamu memahami bahasa matanya.
Cinta adalah, kelembutan pada saat menyentuh tangannya.
Cinta adalah, merasakan tidak ada yang lebih dari dia.
Cinta adalah, kamu mengabulkan segala permintaannya.
Cinta adalah, berusaha pendekatan disaat adanya perbedaan.
Cinta adalah, kebahagiaan selalu.
Cinta adalah, adanya keinginan untuk membicarakannya pada setiap orang.
Cinta adalah, menampakkan hasratmu padanya.
Cinta adalah, kamu menanyakannya ketika dia tiada.
Cinta adalah, bersungguh-sungguh untuk memahaminya.
Cinta adalah, kelembutan dan kasih sayang.
Cinta adalah, kamu menyayanginya dan memberikan kecukupan padanya.
Cinta adalah, kamu gembira dengan kebaikannya.
Cinta adalah, kamu tidak merasa bahwa dia adalah pengacau.
Cinta adalah, menjaga ucapanmu (yang menyakitkan) padanya.
Cinta adalah, kamu mencintai kekurangannya.
Cinta adalah, kamu merasakan bahwa dia adalah pangeran/putrimu.
Cinta adalah, mencari tahu rahasianya.
Cinta adalah, berusaha menyembunyikan kejelekanmu dihadapannya.
Cinta adalah, menjadikan impiannya terwujud.
Cinta adalah, merasakan bahwa kamu akan setia padanya hingga akhir hayat.
Cinta adalah, berpengang teguh padanya.
Cinta adalah, memperbaharui hari-harimu dengannya.
Cinta adalah, merasakan bahwa dia menuntunmu kepada kehidupan yang baru.
Cinta adalah, merasakan bahwa dia merupakan bagian dari dirimu.
Cinta adalah, kamu menjaga perasaannya.
Cinta adalah, berusaha mengetahui track recordnya.
Cinta adalah, sabar dan memaafkannya.
Cinta adalah, percaya akan kesetiaannya.
Cinta adalah, mencari bersama penyebab yang menyakitinya.
Cinta adalah, selalu memperhatikan apa yang dikatakannya.
Cinta adalah, tidak mampu menolak permintaannya.
Cinta adalah, pengorbanan.
Cinta adalah, mengikuti setiap hurup yang diucapkannya.
Cinta adalah, menjaga pemberiannya.
Cinta adalah, mempersiapkan pemberian yang terbaik baginya.
Cinta adalah, merasakan penderitaannya.
Cinta adalah, memberikan kesempatan padanya untuk mengungkapkan siapa dirinya, bila dia merasa malu.
Cinta adalah, kamu selalu menjaga kesehatannya walaupun dalam keadaan sengketa.
Itulah arti cinta menurut buku yang kubaca. Memang sungguh banyak artinya, dan itu salah satu bukti bahwa, tidak ada seorangpun yang dapat memberikan definisi cinta yang jami’ mani’ (definisi yang pasti), sampai sekarang.
Yang kutahu dengan pasti dan sangat kuyakini kebenaran dan keharusannya, hanya cinta kepada Allah. Cara membuktikan cinta kepada-Nya, dengan mengikuti jalan kekasih-Nya, yaitu Rosulullah Saw. [Qs. Al-Imron: 31]. Selain itu, yang kutahu, cinta adalah anugrah dari Ilahi.
Oh iya, disini aku tidak akan membahas cinta, tapi –sesuai dengan judul diatas- aku hanya akan menceritakan perjalanan ‘Cinta’ [pake tanda petik]. Bedakan ya antara cinta dan ‘Cinta’ yang kumaksud dicoretan ini. Makanya, agar bisa dipahami dengan baik, perlu keseriusan dan konsentrasi penuh dalam membacanya, bila perlu, cari waktu yang sangat tenang. Setelah tahajjud adalah waktu yang sangat tepat. Ceile… Sudah siap?
Baiklah aku mulai menuliskannya.
‘Cinta’ pertama mengejarku ketika aku tinggal di Kampung Bojong, Karangtengah - Cianjur, tepatnya ketika aku belajar agama di Madrasah Al-Hikmah. Tahun 1994. Saat itu aku tinggal bersama pamanku (al-marhum). Ya Allah berilah balasan yang setimpal pada pamanku atas segala kebaikannya selama aku tinggal bersamanya. Di madrasah inilah, pertama aku mulai mengenal ‘hakikat’ agamaku dengan sebenar-benarnya.
Puji syukur pada Allah, berkat pertolongan, karunia dan hidayah-Nya, ketika di pesantren ini, aku menjadi ‘bintangnya’ dalam semua pelajaran. Memang saat itu aku belajar dan menghapal semua pelajaran dengan sungguh-sungguh dan semangat. Semangat ini timbul karena kesadaranku akan kedangkalan ilmuku, khususnya ilmu agama. Tak heran semua talaran pelajaranku waktu itu, seperti; Jurumiah (ilmu nahwu), tashrifan (ilmu sharf), aqidah, tauhid, aku lalap habis. Tak pernah aku berdiri didepan teman-temanku disebabkan tidak hapal suatu ‘talaran’ pelajaran.
Di setiap perlombaan yang diadakan di madrasah aku juga selalu menjadi juara, dari mulai lomba cerdas-cermat, adzan dan pidato. Biasanya perlombaan itu diadakan bertepatan dengan moment perayaan hari-hari besar islam, seperti; Maulid Nabi, Tahun Baru Hijriyah dan Rajaban.
Aku juga sangat dekat dengan guru-guruku, bahkan aku salah seorang ‘murid kecil’ diantara sekian murid kecil beliau yang paling dekat dan mendapatkan perhatian lebih darinya. Sering aku nginap di madrasah, sekedar untuk berkhidmat (membantu) kepada beliau.
Aku tak tahu pesona apa yang menyebabkan ‘Cinta’ menghampiriku saat itu, padahal, tidak ada yang istimewa dariku. Kecuali sifat maluku yang sangat. Aku memang sangat pemalu terhadap lawan jenisku. Tak heran jika aku selalu acuhkan ‘Cinta’, bahkan salamnya aku jawab sealakadarnya ketika aku terima lewat temannya. Apakah karena aku ‘bintang pesantren’? Ah, aku tak tahu pasti. Lupakan saja!
Saat itu aku tak merespon cintanya ‘Cinta’. Mungkin saat itu karena usiaku yang masih shogir dan belum beger, dan akupun masih belum tahu apa itu ‘perasaan’. Yang jelas, endingnya, aku tidak merespon dan tetap tak ada perasaan pada ‘Cinta’.
Ketika aku di MAK (Madrasah Aliyah Keagamaan), ‘Cinta’ yang lain menghampiri dan mengharapkanku. ‘Cinta’ yang ini bukan ‘Cinta’ yang di madrasahku tadi. Karena saat ‘Cinta’ yang kedua ini menghampiriku, tempat tinggalku sudah pindah ke Sindanglaka, Karangtengah - Cianjur.
Kelebihan ‘Cinta’ ini tidak sedikit, selain orangnya baik, cantik suaranya juga merdu, karena dia seorang qoriah. Bila jadwal kelasku untuk menyampaikan Dais (dakwah islamiyyah), dia pasti jadi pembaca al-quran. Kelebihan ‘Cinta’ yang kusebutkan tadi, sama seperti yang ku dengar dari ungkapan teman-temanku yang lain.
Ada pengalaman yang khusus dengan “Cinta” yang ini, kalau ku ingat, kadang aku suka tersenyum sendiri, seperti halnya sekarang [karena aku lagi nulis cerita ini, jadi ingat kisahnya, dan tersenyum sendirian hhmm].
Begini ceritanya. Isu tentang aku dan “Cinta” ini begitu santer di pesantrenku. Sehingga mendapat perhatian khusus dari guruku sekaligus pimpinan pondok. Hingga pada akhirnya, aku diinterogasi oleh beliau. Tidak tanggung-tanggung, aku disuruh bersumpah dihadapannya. “wallahi (demi Allah) kamu tidak menyukainya?” itulah pertanyaan beliau dengan sangat serius. Untungnya, ketika itu, aku diinterogasi di dalam rumahnya, jadi kejadiannya hanya aku dan guruku serta istrinya saja yang mengetahui. Beginilah cara orang alim bertindak, tidak lantas di tempat dan dihadapan umum mencerca atau menginterogasi seseorang. Patut dicontoh. ‘’Wallahi (demi Allah) saya tidak ada hati padanya, Pak’’ itulah jawabanku kala itu, sejujurnya.
Sebagaimana telah diceritakan diatas, ‘Cinta’ yang ini juga –dengan segala keistimewaannya- tidak membuat hatiku menerima harapannya. Hatiku masih seperti kedatangan ‘Cinta’ yang pertama. Hatiku masih belum ‘merasakan’ cinta dihatiku. Mungkin saat itu, aku masih belum beger juga dan belum punya planing ‘kedepan’ sehingga membuatku tidak dapat menerima ‘Cinta’.
Dengan sikap dinginku terhadap ‘Cinta’, membuat teman-teman dekatku sering terheran-heran. Kenapa aku tidak menyukainya? Kenapa aku tidak menerimanya? Ya, inilah mungkin salah satu contoh bukti dari pernyataan, “cinta tidak dapat dipaksakan”.” Cantik itu relatif”.
Meskipun aku tidak merespon ‘perasaan’ ‘Cinta’, sikapku terhadapnya normal-normal saja, tidak membuatku ‘enggan melihatnya’. Ketika dia minta bantuan untuk menyelesaikan pekerjaan rumah atau suatu pelajaran, aku tidak kikir untuk selalu membantunya. Endingnya ‘Cinta’ yang kedua inipun, berlalu begitu saja.
Setelah cukup lama berlalunya ‘Cinta’ yang kedua, datanglah ‘Cinta’ yang ketiga. Dia menghampiri dan mengejarku. ‘Cinta’ yang inipun punya kelebihan yang ‘menjanjikan’. Selain cantik, baik dia juga sudah mapan. Maksud mapan disini, karena dia sudah mempunyai pekerjaan tetap yang omset perbulannya lebih dari dua je (2 J). Namun pada ‘Cinta’ yang inipun, hatiku belum terketuk dan ingin menjadikannya sebagai ‘teman’ dalam hidupku. Aku hanya bisa menjadikannya sebagai teman. Dan telah kuyakinkan statemenku ini padanya berkali-kali. Namun dia tetap berharap, hingga memaksaku untuk mengatakan padanya, “hatiku sudah memiliki dan dimiliki Sari, kekasihku yang satu. Dan, aku akan setia kepadanya selamanya”
Perjalanan ‘Cinta’ selanjutnya. Tidak lama ini, hadirlah ‘Cinta’ yang keempat dihatiku. Aku tidak mengatakan ‘Cinta’ ini mengejarku atau menghampiriku, karena, semula aku tidak tahu isi hatinya.
Bila oleh ‘Cinta’ yang pertama, kedua dan ketiga aku dihampiri dan ‘dikejar’. Kali ini (katakan saja) aku yang mengejar ‘Cinta’. Hehe, aneh memang. Kenapa aku mengejar ‘Cinta’ yang keempat ini. Mungkin karena sekarang aku sudah beger, selain itu juga, aku pikir, sekarang sudah waktunya aku merancang masa depanku untuk berkeluarga, yang sangat dianjurkan oleh junjunanku, Rosulullah Saw. melalui kalam mulianya. Ku mulai dengan memilih calon pendampingku dengan mohon petunjuk Pengaturku. Melalui pertimbangan yang tidak sebentar, akhirnya aku memilih ‘Cinta’ yang keempat ini. Ya, memang ‘Cinta’ yang ini, mampu membuat hatiku melintir dan terpesona sekaligus jatuh bersimpuh di pangkuannya.
‘Cinta’ yang inipun memiliki banyak kelebihan yang tidak kalah oleh yang sudah-sudah. Menurut pengetahuanku tentangnya. Dia orangnya cantik, pintar, baik, sopan, tanggung jawab, dermawan, pemaaf, pandai mengatur waktu, pandai menjaga iffah, dan penurut. Itu sementara yang aku tahu sekarang. Oh hampir lupa, satu lagi, mungkin, serba ingin tahu, bisa ditambahkan dalam sifatnya juga hehe.
Maaf aku belum tahu lebih banyak lagi tentang dia, karena selama ini dia masih tertutup terhadapku. Maklum aku mendapatkan cintanya belum lama. Mungkin karena selama ini dia masih malu-malu untuk membuka dirinya, atau bisa jadi dia masih menunggu waktu yang tepat untuk menceritakan semua tentangnya terhadapku. Biarlah jika demikian, yang penting aku sudah memulainya untuk sebuah kata keterbukaan (meskipun banyak menggunakan perantara tulisan). Semoga dia tidak lama lagi berani membuka dirinya padaku. Bila memang ‘Cinta’ yang ini menganggapku sebagai cintanya, aku yakin dia akan segera terbuka, sebagaimana keterbukaanku terhadapnya. Karena aku sudah percaya dengan ‘Cinta’.
Siapakah cinta yang keempat ini? Penasaran ingin mengetahuinya? Dialah yang kujadikan alasan penolakanku terhadap ‘’Cinta’’ yang ketiga diatas. Ingin tahu namanya? Please back to top!!! :-)
Itulah perjalanan ‘Cinta’ dalam hidupku. Semoga perjalanan cintaku sudah sampai kepada jalan the end (dan aku tidak akan mengejar lagi) dengan hadirnya ‘Cinta’ di hatiku sekarang. Percayalah ‘Cinta’, cintaku hanya untukmu Mon Ami.
Dipinggiran kota Tunis
Ulpa® 24 Maret 2006
Sebenarnya aku juga kurang paham dan tidak mengetahui dengan pasti apa yang dimaksud dengan cinta dan bagaimana cara seseorang menyulam cinta dan membuktikannya. Apakah kasih sayangku terhadap kekasihku sekarang dikatakan cinta? Apakah perhatianku terhadap ‘bidadariku’ sekarang bukti cintaku padanya?
Menurut penjelasan buku yang pernah kubaca, banyak orang yang mengartikan cinta dengan berbagai persepsi dan definisi, diantaranya:
Cinta adalah, kamu memperhitungkannya dengan beribu-ribu perhitungan.
Cinta adalah, kamu mendengarkan semua yang diucapkannya.
Cinta adalah, kamu menjadi pendengar yang baik baginya.
Cinta adalah, adanya keterbukaan diantara keduanya secara kontinyu.
Cinta adalah, kamu membaca pemikirannya dengan cepat.
Cinta adalah, memperlihatkan kegembiraanmu ketika bertemu dengannya.
Cinta adalah, saling merasakan diantara keduanya.
Cinta adalah, pengorbanan baginya.
Cinta adalah, kamu mengetahui kemampuannya.
Cinta adalah, kamu merasa tenang dengan keberadaannya disisimu.
Cinta adalah, kamu terpengaruh oleh kebiasaan sifatnya.
Cinta adalah, saling menjawab.
Cinta adalah, kamu tidak memikirkan selainnya.
Cinta adalah, kamu mengetahui hakikat dirinya.
Cinta adalah, lari dari kenangan yang menyakitkan.
Cinta adalah, kamu mengetahui suaranya diantara ratusan suara.
Cinta adalah, membuka dirimu padanya.
Cinta adalah, selalu mengikuti beritanya.
Cinta adalah, merasakan perasaan lain ketika mendengar suaranya.
Cinta adalah, kamu percaya akan kesetiaannya.
Cinta adalah, kamu memahami bahasa matanya.
Cinta adalah, kelembutan pada saat menyentuh tangannya.
Cinta adalah, merasakan tidak ada yang lebih dari dia.
Cinta adalah, kamu mengabulkan segala permintaannya.
Cinta adalah, berusaha pendekatan disaat adanya perbedaan.
Cinta adalah, kebahagiaan selalu.
Cinta adalah, adanya keinginan untuk membicarakannya pada setiap orang.
Cinta adalah, menampakkan hasratmu padanya.
Cinta adalah, kamu menanyakannya ketika dia tiada.
Cinta adalah, bersungguh-sungguh untuk memahaminya.
Cinta adalah, kelembutan dan kasih sayang.
Cinta adalah, kamu menyayanginya dan memberikan kecukupan padanya.
Cinta adalah, kamu gembira dengan kebaikannya.
Cinta adalah, kamu tidak merasa bahwa dia adalah pengacau.
Cinta adalah, menjaga ucapanmu (yang menyakitkan) padanya.
Cinta adalah, kamu mencintai kekurangannya.
Cinta adalah, kamu merasakan bahwa dia adalah pangeran/putrimu.
Cinta adalah, mencari tahu rahasianya.
Cinta adalah, berusaha menyembunyikan kejelekanmu dihadapannya.
Cinta adalah, menjadikan impiannya terwujud.
Cinta adalah, merasakan bahwa kamu akan setia padanya hingga akhir hayat.
Cinta adalah, berpengang teguh padanya.
Cinta adalah, memperbaharui hari-harimu dengannya.
Cinta adalah, merasakan bahwa dia menuntunmu kepada kehidupan yang baru.
Cinta adalah, merasakan bahwa dia merupakan bagian dari dirimu.
Cinta adalah, kamu menjaga perasaannya.
Cinta adalah, berusaha mengetahui track recordnya.
Cinta adalah, sabar dan memaafkannya.
Cinta adalah, percaya akan kesetiaannya.
Cinta adalah, mencari bersama penyebab yang menyakitinya.
Cinta adalah, selalu memperhatikan apa yang dikatakannya.
Cinta adalah, tidak mampu menolak permintaannya.
Cinta adalah, pengorbanan.
Cinta adalah, mengikuti setiap hurup yang diucapkannya.
Cinta adalah, menjaga pemberiannya.
Cinta adalah, mempersiapkan pemberian yang terbaik baginya.
Cinta adalah, merasakan penderitaannya.
Cinta adalah, memberikan kesempatan padanya untuk mengungkapkan siapa dirinya, bila dia merasa malu.
Cinta adalah, kamu selalu menjaga kesehatannya walaupun dalam keadaan sengketa.
Itulah arti cinta menurut buku yang kubaca. Memang sungguh banyak artinya, dan itu salah satu bukti bahwa, tidak ada seorangpun yang dapat memberikan definisi cinta yang jami’ mani’ (definisi yang pasti), sampai sekarang.
Yang kutahu dengan pasti dan sangat kuyakini kebenaran dan keharusannya, hanya cinta kepada Allah. Cara membuktikan cinta kepada-Nya, dengan mengikuti jalan kekasih-Nya, yaitu Rosulullah Saw. [Qs. Al-Imron: 31]. Selain itu, yang kutahu, cinta adalah anugrah dari Ilahi.
Oh iya, disini aku tidak akan membahas cinta, tapi –sesuai dengan judul diatas- aku hanya akan menceritakan perjalanan ‘Cinta’ [pake tanda petik]. Bedakan ya antara cinta dan ‘Cinta’ yang kumaksud dicoretan ini. Makanya, agar bisa dipahami dengan baik, perlu keseriusan dan konsentrasi penuh dalam membacanya, bila perlu, cari waktu yang sangat tenang. Setelah tahajjud adalah waktu yang sangat tepat. Ceile… Sudah siap?
Baiklah aku mulai menuliskannya.
‘Cinta’ pertama mengejarku ketika aku tinggal di Kampung Bojong, Karangtengah - Cianjur, tepatnya ketika aku belajar agama di Madrasah Al-Hikmah. Tahun 1994. Saat itu aku tinggal bersama pamanku (al-marhum). Ya Allah berilah balasan yang setimpal pada pamanku atas segala kebaikannya selama aku tinggal bersamanya. Di madrasah inilah, pertama aku mulai mengenal ‘hakikat’ agamaku dengan sebenar-benarnya.
Puji syukur pada Allah, berkat pertolongan, karunia dan hidayah-Nya, ketika di pesantren ini, aku menjadi ‘bintangnya’ dalam semua pelajaran. Memang saat itu aku belajar dan menghapal semua pelajaran dengan sungguh-sungguh dan semangat. Semangat ini timbul karena kesadaranku akan kedangkalan ilmuku, khususnya ilmu agama. Tak heran semua talaran pelajaranku waktu itu, seperti; Jurumiah (ilmu nahwu), tashrifan (ilmu sharf), aqidah, tauhid, aku lalap habis. Tak pernah aku berdiri didepan teman-temanku disebabkan tidak hapal suatu ‘talaran’ pelajaran.
Di setiap perlombaan yang diadakan di madrasah aku juga selalu menjadi juara, dari mulai lomba cerdas-cermat, adzan dan pidato. Biasanya perlombaan itu diadakan bertepatan dengan moment perayaan hari-hari besar islam, seperti; Maulid Nabi, Tahun Baru Hijriyah dan Rajaban.
Aku juga sangat dekat dengan guru-guruku, bahkan aku salah seorang ‘murid kecil’ diantara sekian murid kecil beliau yang paling dekat dan mendapatkan perhatian lebih darinya. Sering aku nginap di madrasah, sekedar untuk berkhidmat (membantu) kepada beliau.
Aku tak tahu pesona apa yang menyebabkan ‘Cinta’ menghampiriku saat itu, padahal, tidak ada yang istimewa dariku. Kecuali sifat maluku yang sangat. Aku memang sangat pemalu terhadap lawan jenisku. Tak heran jika aku selalu acuhkan ‘Cinta’, bahkan salamnya aku jawab sealakadarnya ketika aku terima lewat temannya. Apakah karena aku ‘bintang pesantren’? Ah, aku tak tahu pasti. Lupakan saja!
Saat itu aku tak merespon cintanya ‘Cinta’. Mungkin saat itu karena usiaku yang masih shogir dan belum beger, dan akupun masih belum tahu apa itu ‘perasaan’. Yang jelas, endingnya, aku tidak merespon dan tetap tak ada perasaan pada ‘Cinta’.
Ketika aku di MAK (Madrasah Aliyah Keagamaan), ‘Cinta’ yang lain menghampiri dan mengharapkanku. ‘Cinta’ yang ini bukan ‘Cinta’ yang di madrasahku tadi. Karena saat ‘Cinta’ yang kedua ini menghampiriku, tempat tinggalku sudah pindah ke Sindanglaka, Karangtengah - Cianjur.
Kelebihan ‘Cinta’ ini tidak sedikit, selain orangnya baik, cantik suaranya juga merdu, karena dia seorang qoriah. Bila jadwal kelasku untuk menyampaikan Dais (dakwah islamiyyah), dia pasti jadi pembaca al-quran. Kelebihan ‘Cinta’ yang kusebutkan tadi, sama seperti yang ku dengar dari ungkapan teman-temanku yang lain.
Ada pengalaman yang khusus dengan “Cinta” yang ini, kalau ku ingat, kadang aku suka tersenyum sendiri, seperti halnya sekarang [karena aku lagi nulis cerita ini, jadi ingat kisahnya, dan tersenyum sendirian hhmm].
Begini ceritanya. Isu tentang aku dan “Cinta” ini begitu santer di pesantrenku. Sehingga mendapat perhatian khusus dari guruku sekaligus pimpinan pondok. Hingga pada akhirnya, aku diinterogasi oleh beliau. Tidak tanggung-tanggung, aku disuruh bersumpah dihadapannya. “wallahi (demi Allah) kamu tidak menyukainya?” itulah pertanyaan beliau dengan sangat serius. Untungnya, ketika itu, aku diinterogasi di dalam rumahnya, jadi kejadiannya hanya aku dan guruku serta istrinya saja yang mengetahui. Beginilah cara orang alim bertindak, tidak lantas di tempat dan dihadapan umum mencerca atau menginterogasi seseorang. Patut dicontoh. ‘’Wallahi (demi Allah) saya tidak ada hati padanya, Pak’’ itulah jawabanku kala itu, sejujurnya.
Sebagaimana telah diceritakan diatas, ‘Cinta’ yang ini juga –dengan segala keistimewaannya- tidak membuat hatiku menerima harapannya. Hatiku masih seperti kedatangan ‘Cinta’ yang pertama. Hatiku masih belum ‘merasakan’ cinta dihatiku. Mungkin saat itu, aku masih belum beger juga dan belum punya planing ‘kedepan’ sehingga membuatku tidak dapat menerima ‘Cinta’.
Dengan sikap dinginku terhadap ‘Cinta’, membuat teman-teman dekatku sering terheran-heran. Kenapa aku tidak menyukainya? Kenapa aku tidak menerimanya? Ya, inilah mungkin salah satu contoh bukti dari pernyataan, “cinta tidak dapat dipaksakan”.” Cantik itu relatif”.
Meskipun aku tidak merespon ‘perasaan’ ‘Cinta’, sikapku terhadapnya normal-normal saja, tidak membuatku ‘enggan melihatnya’. Ketika dia minta bantuan untuk menyelesaikan pekerjaan rumah atau suatu pelajaran, aku tidak kikir untuk selalu membantunya. Endingnya ‘Cinta’ yang kedua inipun, berlalu begitu saja.
Setelah cukup lama berlalunya ‘Cinta’ yang kedua, datanglah ‘Cinta’ yang ketiga. Dia menghampiri dan mengejarku. ‘Cinta’ yang inipun punya kelebihan yang ‘menjanjikan’. Selain cantik, baik dia juga sudah mapan. Maksud mapan disini, karena dia sudah mempunyai pekerjaan tetap yang omset perbulannya lebih dari dua je (2 J). Namun pada ‘Cinta’ yang inipun, hatiku belum terketuk dan ingin menjadikannya sebagai ‘teman’ dalam hidupku. Aku hanya bisa menjadikannya sebagai teman. Dan telah kuyakinkan statemenku ini padanya berkali-kali. Namun dia tetap berharap, hingga memaksaku untuk mengatakan padanya, “hatiku sudah memiliki dan dimiliki Sari, kekasihku yang satu. Dan, aku akan setia kepadanya selamanya”
Perjalanan ‘Cinta’ selanjutnya. Tidak lama ini, hadirlah ‘Cinta’ yang keempat dihatiku. Aku tidak mengatakan ‘Cinta’ ini mengejarku atau menghampiriku, karena, semula aku tidak tahu isi hatinya.
Bila oleh ‘Cinta’ yang pertama, kedua dan ketiga aku dihampiri dan ‘dikejar’. Kali ini (katakan saja) aku yang mengejar ‘Cinta’. Hehe, aneh memang. Kenapa aku mengejar ‘Cinta’ yang keempat ini. Mungkin karena sekarang aku sudah beger, selain itu juga, aku pikir, sekarang sudah waktunya aku merancang masa depanku untuk berkeluarga, yang sangat dianjurkan oleh junjunanku, Rosulullah Saw. melalui kalam mulianya. Ku mulai dengan memilih calon pendampingku dengan mohon petunjuk Pengaturku. Melalui pertimbangan yang tidak sebentar, akhirnya aku memilih ‘Cinta’ yang keempat ini. Ya, memang ‘Cinta’ yang ini, mampu membuat hatiku melintir dan terpesona sekaligus jatuh bersimpuh di pangkuannya.
‘Cinta’ yang inipun memiliki banyak kelebihan yang tidak kalah oleh yang sudah-sudah. Menurut pengetahuanku tentangnya. Dia orangnya cantik, pintar, baik, sopan, tanggung jawab, dermawan, pemaaf, pandai mengatur waktu, pandai menjaga iffah, dan penurut. Itu sementara yang aku tahu sekarang. Oh hampir lupa, satu lagi, mungkin, serba ingin tahu, bisa ditambahkan dalam sifatnya juga hehe.
Maaf aku belum tahu lebih banyak lagi tentang dia, karena selama ini dia masih tertutup terhadapku. Maklum aku mendapatkan cintanya belum lama. Mungkin karena selama ini dia masih malu-malu untuk membuka dirinya, atau bisa jadi dia masih menunggu waktu yang tepat untuk menceritakan semua tentangnya terhadapku. Biarlah jika demikian, yang penting aku sudah memulainya untuk sebuah kata keterbukaan (meskipun banyak menggunakan perantara tulisan). Semoga dia tidak lama lagi berani membuka dirinya padaku. Bila memang ‘Cinta’ yang ini menganggapku sebagai cintanya, aku yakin dia akan segera terbuka, sebagaimana keterbukaanku terhadapnya. Karena aku sudah percaya dengan ‘Cinta’.
Siapakah cinta yang keempat ini? Penasaran ingin mengetahuinya? Dialah yang kujadikan alasan penolakanku terhadap ‘’Cinta’’ yang ketiga diatas. Ingin tahu namanya? Please back to top!!! :-)
Itulah perjalanan ‘Cinta’ dalam hidupku. Semoga perjalanan cintaku sudah sampai kepada jalan the end (dan aku tidak akan mengejar lagi) dengan hadirnya ‘Cinta’ di hatiku sekarang. Percayalah ‘Cinta’, cintaku hanya untukmu Mon Ami.
Dipinggiran kota Tunis
Ulpa® 24 Maret 2006
0 Comments:
Post a Comment
<< Home